Jumat, 10 Juli 2009

Nasehat

Sebuah nasehat singkat bagi saudara-saudaraku yang ingin bersikap tawaqquf

dalam kasus fitnah Yaman

( oleh : Al-Ustadz Fauzan hafizhahullah )

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن والاه، أما بعد :

Kepada ikhwanna -semoga Allah selalu menjaga kita semua- yang sampai hari ini menyatakan diri bersikap tawaqquf.

Kami katakan sikap tawaqquf adalah sikap yang bagus di satu sisi. Tapi perlu diingat, sikap tawaquf adalah salah satu sikap ilmiah jika memang didasarkan di atas ilmu dan bimbingan para ‘ulama al-mu’tabarin, serta jauh dari ‘athifiyyah (perasaan dan emosi). Karena terkadang sebuah sikap yang diklaim sebagai sikap tawaqquf, namun ternyata jauh dari keilmiahan. Sikap demikian bukannya membawa kebaikan bagi dirinya atau pun orang lain, malah justru menjadi madharrah (efek negatif) bagi dirinya dan orang lain.

Insya Allah kita semua ingat terhadap pernyataan shahabat mulia ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallah ‘anhu :

كم من مريد للخير لن يصيب

Berapa banyak orang yang menginginkan kebaikan namun tidak bisa mendapatkannya

Atau sebagaimana dikatakan oleh Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah :

رام نفعا فضر بغير قصد …. ومن البر ما يكون عقوقا

Ingin meraih menfaat namun ternyata merugikan (orang lain) tanpa ia sengaja

Bisa saja sebuah kebajikan ( yang disangka oleh pelakunya) ternyata pada hakekatnya merupakan sebuah kedurhakaan

Mungkin kami akan membantu saudara-saudara kami salafiyyin yang ingin memilih sikap tawaqquf dalam fitnah Yaman ini. Agar tidak menyangka dirinya telah menempuh kebaikan namun ternyata luput, justru menjadi kejelekan bagi dirinya dan orang lain. Semoga Allah melindungi kita semua, Amin …

Sikap tawaqquf yang benar dalam menyikapi fitnah yang terjadi di Yaman adalah sebagaimana yang telah dituntunkan oleh Asy-Syaikh Al-Walid Al-’Allamah Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali. Yaitu nasehat yang beliau sampaikan pada 17 Rabiuts Tsani 1429 H lalu bahwa :

- Tidak ada pada mereka yang Ahlul Bid’ah.

- Perselisihan yang terjadi hanyalah didasarkan kepentingan-kepentingan pribadi. (berarti bukan perselisihan manhaj atau pun aqidah) [1]

- Bahwa Asy-Syaikh ‘Abdurrahman adalah termasuk manusia-manusia yang utama, di atas front dakwah yang agung. [2]

- Demikian juga Asy-Syaikh Yahya adalah termasuk manusia-manusia yang utama, di atas front dakwah yang agung.

Demikian juga kesimpulan para ‘ulama Kibar di Yaman yang mereka tuangkan dalam pertemuan Al-Hudaidah 5 Muharram 1429 H, yaitu bahwa :

- Asy-Syaikh Yahya Al-Hajuri harus berhenti mentahdzir Asy-Syaikh ‘Abdurrahman.

- Asy-Syaikh ‘Abdurrahman berlepas diri dari pihak-pihak yang mencela Dammaj. [3]

Jika ikhwanna salafiyyin benar-benar ingin bersikap tawaqquf, maka itulah sikap tawaqquf yang benar.

Dari sini pula kita tahu, pernyataan sebagian pihak yang mengklaim dirinya ber-”tawaqquf” berikut ini, adalah pernyataan yang tidak benar :

“Saya bicara di sebagian daerah, di Kendari, di Ambon, saya telpon langsung, saya bicara langsung dengan mereka agar mau mendengar nasehat, “saya tidak melarang antum mengambil pendapat Syaikh Yahya bahwa Syaikh ‘Abdurrahman dan Syaikh ‘Abdullah keduanya adalah hizbi, saya nggak larang kalian berpendapat seperti itu. Hanya saja sekarang pendapat antum ini apa manfaatnya di Indonesia? Apa manfaatnya untuk kita di sini? Silakan antum berpendapat kalau antum punya hujjah atau argumen yang antum pertanggungjawabkan di hadapan Allah, silahkan, tapi sekarang apa manfaatnya untuk kita?”

Pernyataan di atas adalah ucapan salah seorang ustadz yang mengklaim bersikap tawaqquf dan mempromosikan klaimnya tersebut.

Kita tahu dengan jelas, bahwa nasehat ustadz tersebut bukanlah sikap tawaqquf yang benar. Bukanlah sikap tawaqquf yang sesuai dengan nasehat para ‘ulama kibar di atas. Tak seorang pun dari para ‘ulama di atas yang mengatakan : “silakan mengambil pendapat Syaikh Yahya memvonis Syaikh ‘Abdurrahman dan Asy-Syaikh ‘Abdullah sebagai hizbi, namun jangan disebarkan.”

Tidak ada seorang pun dari para ‘ulama di atas menyatakan demikian. Yang ada justru sebaliknya, para ‘ulama kibar tersebut, termasuk Syaikh Rabi’, tidak menerima vonis Syaikh Yahya tersebut dan meminta menghentikannya, serta menegaskan bahwa Syaikh ‘Abdurrahman adalah ‘ulama Ahlus Sunnah yang mulia.

Jika antum benar-benar ingin bersikap tawaqquf sebagaimana bimbingan para ‘ulama di atas, maka perlu diketahui bahwa :

Di Dammaj sikap tawwuqquf seperti di atas telah dicela oleh Syaikh Yahya dan para murid fanatiknya. Orang yang tawaqquf mereka nyatakan sebagai orang yang berpenyakit hatinya. Sikap tawaqquf mereka nyatakan sebagai bentuk hizbiyyah terselubung.

Bahkan telah ditulis malzamah khusus dengan rekomendasi langsung dari Syaikh Yahya, dengan judul : Al-Waqifah Hizbiyyah Mughallafah (Orang bertawaqquf adalah hizbiyyah terselubung).

Sekedar antum tahu, bahwa disamping celaan terhadap orang-orang yang bersikap tawaqquf, dalam malzamah di atas dua ‘ulama besar Ahlus Sunnah telah dihinakan. Penulis malzamah tersebut mengatakan bahwa Asy-Syaikh Al-Wushabi dan Asy-Syaikh Al-Jabiri termasuk para musuh sunnah, dan tidak lebih dari dua budak ‘Abdurrahman. Di samping menghina Asy-Syaikh ‘Abdurrahman sebagai ular belang. (lihat kembali : barakah majelis ‘ulama )

Setelah antum memahami penjelasan di atas, maka antum perhatikan, bahwa betapa fitnah ini benar-benar menggerogoti dakwah ini sampai ke akar-akarnya, betapa fitnah

ini benar-benar hendak menghancurkan para salafiyyin.

Ikhwah Salafiyyin yang ingin tawaqquf dan ingin berjalan di bawah bimbingan ‘ulama ternyata masih juga diserang oleh mereka. Lalu siapa yang tersisa? Kita harus bersikap bagaimana?

Sungguh kondisi ini membuat kita semua prihatin dan sedih. Benar-benar barisan salafiyyin hendak dikoyak dan dipecah belah. Benar-benar salafiyyin dipaksa hanya pada satu pilihan harus ikut dan membela Syaikh Yahya, kalau tidak maka berarti hizbi!! Ya, dalam kamus Syaikh Yahya hanya ada satu dari dua pilihan saja,

- Bersama syaikh yahya, yang berarti anda adalah Ahlus Sunnah, dan salafi sejati, dan …, dan … .

- Atau tidak mau menerima keputusan Syaikh Yahya, yang berarti anda adalah hizbi, musuh sunnah, atau – gelar terbaru – kaki-tangan Iblis.

Kenyataannya Syaikh Yahya Al-Hajuri dan para muridnya hingga hari ini tetap pada sikapnya. Bahkan terus menjadi-jadi, hingga berimbas pada banyak pihak. Berawal dari tekanan terhadap para ikhwah mustafidin yang tidak mau berpihak kepada Syaikh Yahya, hingga berujung para mustafidin tersebut terpaksa meninggalkan Dammaj, yang diistilahkan “diusir”.

Berikutnya, fitnah semakin melebar terus merongrong dakwah ini dengan menyentuh kehormatan para ‘ulama ahlus sunnah yang mulia. Bermula dari Syaikh ‘Abdurrahman Al-’Adani yang penuh kezhaliman divonis sebagai hizbi, kemudian terus naik menyentuh kehormatan :

- Asy-Syaikh ‘Abdullah bin Mar’i

- Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab Al-Wushabi

- Asy-Syaikh Salim Ba Muhriz

- Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam

- Asy-Syaikh ‘Utsman As-Salimi

Bahkan kemudian meluas keluar Yaman, menyentuh kehormatan para ‘ulama di Saudi ‘Arabia dan negeri-negeri Islam lainnya,

- Asy-Syaikh ‘Abdullah Al-Bukhari

- Asy-Syaikh Muhammad bin Hadi

- Asy-Syaikh ‘Ubaid Al-Jabiri

- Asy-Syaikh Khalid Azh-Zhafiri (Kuwait),

- Asy-Syaikh Farkus (Aljazair)

Ya, para masyaikh di atas harus menerima getahnya, karena mereka tidak bisa menerima sikap dan prinsip Syaikh Yahya Al-Hajuri dalam fitnah ini. Alias mereka tidak mau menyatakan Syaikh ‘Abdurrahman sebagai hizbi.

Fitnah ini pun terus melebar hingga menyentuh kehormatan para duat salafiyyin di berbagai negara dengan berbagai gelar penghinaan buat mereka, baik yang langsung dari syaikh Yahya ataupun para muridnya. Berbagai ucapan kotor, keji, dan tidak senonoh diperdengarkan ke telinga Ahlus Sunnah.

Demikianlah, banyak sudah para masyaikh dan para duat yang terkena imbas buruk dari fitnah yang dikobarkan syaikh Yahya dan para muridnya.

Hanya kepada Allah kita menyampaikan segala keluhan dan kepedihan hati kita.

وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم

ditulis oleh :

Al-Faqir ila ‘Maghfirati Rabbih

Abu ‘Ubaidillah Fauzan

Solo, 17 Rajab 1430 H

10 Juli 2009 M


[1] Perlu diketahui bahwa orang pertama yang tidak setuju sekaligus orang pertama yang membantah nasehat emas Asy-Syaikh Rabi’ ini adalah Asy-Syaikh Yahya bin ‘Ali Al-Hajuri sendiri. Nasehat dari seorang Imamul Jarh wat Ta’dil ini dibantah dengan sengit oleh Asy-Syaikh Yahya dengan mengatakan bahwa, “Demi Allah tidak benar, … demi Allah tidak benar sama sekali. Tapi itu adalah hizbiyyah yang telah kami lihat dan kami jelaskan, tidak boleh bagi kita untuk diam sama sekali.” kemudian Al-Hajuri terus melanjutkan kata-katanya yang berisi penghinaan terhadap Asy-Syaikh Rabi’, bahwa kalau seandainya Asy-Syaikh Rabi’ mengalami apa yang ia alami niscaya beliau juga berteriak sebagaimana ia berteriak. Sungguh penghinaan, seakan-akan Asy-Syaikh Rabi’ tidak mengerti masalah dan asal bicara saja.

Bantahan ini diucapkan oleh Asy-Syaikh Yahya bukannya disampaikan dengan sopan dan tertutup melalui surat misalnya, tapi disampaikan secara terbuka di hadapan para muridnya.

Langkah Syaikh Yahya ini kemudian diikuti oleh para muridnya. Sampai-sampai salah seorang murid di Dammaj menulis sebuah artikel yang judulnya membantah pernyataan Syaikh Rabi’, yaitu Aghradhun Syaikhshiyyah am Haqa’iq waaqi’iyah? (kepentingan-kepentingan pribadi ataukah Hakekat yang benar-benar terjadi?). Sementara Syaikh Rabi’ dalam nasehat emas di atas sudah menegaskan bahwa fitnah Yaman terjadi karena aghradh syakhshiyyah (kepentingan-kepentingan pribadi).

Maaf, kami mengajak para pembaca untuk mengikuti penjelasan ini dengan penuh seksama dan tinjauan ilmiah.

[2] Syaikh Yahya adalah orang pertama yang menentang nasehat ini. Syaikh Rabi’ sudah menyatakan bahwa Syaikh ‘Abdurrahman adalah termasuk orang yang utama, sebagai ahlus sunnah, namun Syaikh Yahya tetap memaksakan tahdzirnya bahwa Syaikh ‘Abdurrahman adalah hizbi. Sikap Syaikh Yahya tersebut terus berlanjut hingga hari ini! Bahkan terlihat semakin menjadi-jadi. Dengan lantang Syaikh Yahya mengatakan bahwa dirinya tetap tidak akan terima walaupun seandainya para ‘ulama dunia bersatu mengatakan Syaikh ‘Abdurrahman bukan hizbi.

[3] Orang pertama yang tidak setuju sekaligus orang pertama yang membantah kesepakatan Hudaidah ini adalah Syaikh Yahya Al-Hajuri sendiri. Dua hari setelah itu, keluar kaset khusus membantah hasil pertemuan Hudaidah tersebut, lengkap dengan caci maki terhadap Asy-Syaikh Al-Wushabi hafizhahullah.

Perhatikan baik-baik, tahapan demi tahapan nasehat yang dilakukan oleh para ‘ulama kibar terhadap Syaikh Yahya. Yang dilakukan oleh para ‘ulama dengan penuh hikmah, pelan-pelan, dan kesabaran, sejak lebih dari dua tahun lalu. Namun semua itu tidak diindahkan, bahkan realita menunjukkan bahwa Syaikh Yahya dan orang-orang yang bersama semakin menjadi-jadi, bahkan pihak-pihak yang tidak turut campur dalam fitnah ini (alias tawaqquf) turut juga merasakan getah berbagai tahdzir dan celaan dari Syaikh Yahya dan para muridnya. Semoga Allah melindungi kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar